Rss Feed

Agresi Militer ISRAEL; Sebuah misi penghancuran generasi dan peradaban ummat Islam PALESTINA


Agresi Militer ISRAEL; Sebuah misi penghancuran generasi dan peradaban ummat Islam PALESTINA
Oleh: Fahmi Fatkhurozi

I
Agresi Militer ISRAEL; Sebuah misi penghancuran generasi dan peradaban ummat Islam PALESTINA
Sudah 2 minggu lebih agresi militer ZIONIS Israel di wilayah jalur gaza Palestina berlangsung, lebih dari 760 nyawa melayang dan 3000 lebih orang luka-luka (sumber: aljazira) karena kebrutalan dan kekajaman zionis israel tersebut. di semua sudut wilayah jalur gaza seakan menjadi tempat yang sangat mengerikan bagi masyarakat palestina, tidak ada lagi tempat yang aman untuk bersembunyi dan tidak ada lagi tempat yang aman untuk berlindung karena hampir disemua titik di daerah jalur gaza mendapatkan serangan rudal dan bom dari Israel. Semuanya hancur, bangunan-bangunan yang tadinya kokoh berdiri kini telah rata dengan tanah, semua orang panik dan dihantui teror kematian yang bisa menjemput mereka setiap waktu.
Saya sepakat ketika beberapa pemimpin dunia mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Israel merupakan sebuah kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan yang sangat luar biasa, tapi menurut saya lebih dari itu apa yang dilakukan oleh Israel tersebut adalah sebuah upaya untuk menghancurkan generasi dan peradaban Islam di tanah palestina. Hal tersebut dapat kita lihat dari bebearapa indikasi:
Pertama, sasaran serangan Israel kebanyakan adalah kaum wanita dan anak kecil. Tanpa bermaksud mendeskriditkan posisi kaum hawa, wanita secara kodrat merupakan insan yang dikarunia keistimewaan oleh tuhan untuk bisa mengandung dan melahirkan, artinya wanita adalah simbol regenrasi sebuah generasi, karena dari rahim wanitalah generasi-genrasi baru akan dilahirkan dan dari wanitalah keberlangsungan suatu generasi akan tetap terjaga. Dan israel sangat paham akan hal tersebut, oleh karena itu israel menjadikan wanita sebagai salah satu sasaran utama dari agresi militernya. Selain wanita, anak-anak juga merupakan salah satu symbol dari regenerasi suatu generasi, dimana anak-anak inilah yang nantinya akan menjadi pewaris dan pemegang tongkat estafet perjuangan selanjutnya dari generasi-generasi sebelumnya. Dan sekali lagi Israel juga sangat mengerti akan hal tersebut oleh karena itu selain wanita Israel juga menjadikan anak-anak palestina sebagai salah sasaran agresi militernya di jalur gaza.
Kedua, serangan Israel lebih banyak ditujukan ke fasilitas-fasilitas pendidikan yang merupakan pusat peradaban manusia. Saya kira Israel juga sangat paham bahwa salah satu symbol dari peradaban manusia adalah pendidikan, atas dasar inilah Israel menjadikan sekolah dan universitas sebagai bagian penting dari sasaran serangan mereka. Bahkan bukan hanya sekolah milik palestina saja yang menjadi sasaran, sekolah yang dikelola oleh PBB yang ada di jalur gaza juga tidak luput dari serangan mereka.
Mungkin banyak kalangan yang mengatakan bahwa konflik di jalur gaza bukanlah konflik agama melainkan perseteruan politik antara Israel dan Hamas, namun ketika kita mencoba untuk melihat realitas tersebut secara jujur maka kita tidak bisa mengelak bahwa konflik di jalur gaza tersebut lebih dari sekedar konflik yang bersifat politis, tapi lebih kepada konflik IDEOLOGI antar dua agama samawi yang memang sudah berlangsung lama dari nenek moyang mereka dan mungkin sampai hari kiamat seperti yang dikatakan Al-Quran dalam surat Al-Baqoroh ayat 120 bahwa “orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan pernah senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”. Hal tersebut juga diperkuat dengan beberapa indikasi yang saya kemukakan diawal. Sehingga, saya kira tidak berlebihan ketika saya menyebut agresi militer yang dilakukan Israel di jalur gaza merupakan suatu upaya untuk menghancurkan sebuah peradaban dan generasi muslim di bumi para nabi tersebut.

II
Agresi Militer ISRAEL; Saatnya Ummat Islam Bersatu
Ada sebuah perasaan yang miris dalam hati saya ketika melihat sikap dari pemimpin-pemimpin negara arab yang sama sekali tidak memberikan sikap nyata atas agresi militer Israel ke tanah palestina di jalur gaza. Padahal wilayah mereka sangat dekat, satu suku bangsa, bahkan satu keyakinan. Namun, yang selama ini ditunjukan hanya sikap saling kecam-mengecam terhadap tragedi kemunisaan tersebut, dalam fikiran saya “kalau cuma mengecam sie tukang becak saja juga bisa mengecam”, yang dibutuhkan oleh saudara-saudara kita dipalestina bukan hanya kecaman terhadap Israel tapi lebih kepada bantuan yang bersifat riil (nyata). Seperti yang dikatakan oleh Imam Syahid Hassan Al Banna bahwa nasionalisme ummat Islam tidak hanya disatukan karena bangsa dan negara, lebih dari itu nasionalisme ummat Islam harusnya disatukan oleh satu keyakinan (aqidah) sehingga nasionalisme tersebut bersifat universal tanpa ada batas wilayah, ruang dan waktu. Rosulullah juga mengatakan dalam sebuah hadistnya bahwa ummat Islam itu diibaratkan sebuah tubuh, apabila ada satu bagian tubuh tesebut merasa sakit maka bagian yang lain juga akan merasakanya. Dari kenyataan dan apa yang di ajarkan oleh Rosulullah tersebut saya kira tidak ada alasan bagi ummat Islam yang lain khususnya bangsa arab untuk mencari aman atas kondisi yang menimpa palestina, karena mereka adalah saudara kita sehingga luka yang mereka rasakan adalah luka kita, tangis mereka adalah tangis kita dan derita yang mereka rasakan adalah derita kita, dan itulah yang seharusnya benar-benar menjadi sebuah keyakinan oleh para pemimpin negara arab, jadikan tragedi yang menimpa palestina sebagai sebuah momentum untuk bersatu antar sesama ummat islam. Tidak ada lagi ummat Islam Suriah, Iran. Irak, Yordania, Lebanon, Mesir, dll tapi yang ada adalah ummat Islam yang memiliki satu keyakinan dan satu tujuan. Dan inilah sebenarnya kunci dari kekuatan ummat Islam yang tidak bisa dikalahkan oleh kekuatan manapun.

III
Sebuah Penutup
Sampai detik ini rentetan peluru dari senapan-senapan mesin, moncong-moncong tank, rudal, bom, dan tentara-tentara Zionis Israel masih terus meneror saudara-saudara kita dipalestina. Setiap detik ada tangis yang memilukan, ada jeritan ketakutan, ada darah yang mengucur, dan setiap detik adalah teror kematian untuk bangsa palestina. Namun, dalam derita yang mendera, dalam tangisan yang memilukan, dalam jaritan ketakutan dan dalam teror-teror yang selalu dilancarkan zionis Israel tersebut masih ada harapan dan keyakinan dalam diri saya bahwa Islam akan tetap menjadi agama yang dimenangkan oleh Allah SWT, asalkan Islam tidak lagi terkotak-kotak dalam batasan wilayah, negara, suku bangsa dll, tapi Islam adalah Islam sebagai sebuah keyakinan yang memiliki satu tujuan untuk menegakan kalimatullah.

TERTAWA NGAKAK SEBELUM, PADA SAAT, DAN SETELAH AKSI DEMONSTRASI

TERTAWA NGAKAK SEBELUM, PADA SAAT, DAN SETELAH AKSI DEMONSTRASI
Sisi Lain Dari Aksi Demonstrasi Mahasiswa
Oleh: Fahmi Fatkhurozi

Pagi ini seusai sholat shubuh tepatnya jam 04.40 saya menhampiri komputer saya untuk sedikit menulis apa yang semalam mengaggu pikiran dan imajinasi saya. Ini bukan tentang kuliah yang menurut saya mulai terasa membosankan (maklum udah smester 7), atau bukan juga tentang film, bola, PS, yang memang sering jadi bahan obrolan saya sebagai kaum adam. Lebih dari sekedar itu, apa yang saya tuliskan pagi ini adalah deskripsi dari pengalaman saya ketika masih aktif di lembaga pemerintahan mahasiswa (BEM). Ada beberapa kejadiaan yang hari ini sedikit menyentil dan membuat saya kembali berfikir tentang apa yang kemarin-kemarin sudah saya dan temen-temen lakukan, sebenarnya ini juga berawal dari rasa iseng saya untuk membuat sebuah film dokumenter tentang saya dan kampus sebagai kenang-kenangan buat saya pribadi. Namun, ketika saya membuka beberapa arsip film di komputer temen saya, tidak sengaja saya menemukan ada beberapa gambar dan adegan film yang sedikit mengganggu fikiran saya yang kemudian memaksa imajinasi dan nalar berfikir saya untuk bekerja menelaah beberapa gambar dan adegan film yang menurut saya sdikit bermasalah dan tidak patut dilakukan oleh seorang aktivis tersebut.
Mungkin anda sekalian penasaran film apakah gerangan yang saya maksudkan diatas?. Sabar brurr…, yang jelas ini bukan film tentang tawuran mahasiswa yang sekarang ini banyak terjadi di beberapa universitas di daerah?, atau juga bukan tentang aksi demonstrasi mahasiswa menentang pengesahan UU BHP yang sekarang ini marak dilakukan oleh mahasiswa di seluruh pelosok daerah. Namun, film yang saya maksudkan disini adalah sebuah film tentang dokumentasi sejarah pergerakan mahasiswa di universitas jenderal soedirman yang di abadikan oleh seorang kawan kedalam sebuah film. Mungkin yang menjadi pertanyaan anda selanjutnya adalah “Lantas apa yang menjadi masalahnya?”, kan udah di bilang sabar brurr…!!, baik saya lanjutkan kembali ceritanya…, yang menjadi masalah dalam film tersebut adalah ketika saya menemukan salah satu adegan dalam film tersebut dimana salah seorang kawan tertawa terbahak-bahak dengan wajah yang sangat ceria dan mengucapkan kata “kupret lo” seusai aksi demonstrasi penolakan POM (Persatuan orang tua mahasiswa). Mungkin, bagi sebagian orang ini adalah permasalahan sepele yang tidak penting untuk di bahas. Namun, kalau menurut saya ini adalah sebuah permasalahan yang cukup penting dan fundamental bagi pergerakan mahasiswa ke depan. Bukan karena masalah tertawanya, tapi lebih kepada keseriusan dari mahasiswa itu sendiri ketika mengusung sebuah aksi. karena saya kira kita semua sepakat ketika seorang itu tertawa terbahak-bahak maka bisa dikatakan seorang tersebut jauh dari kata “serius” atau dengan kata lain orang tersebut sedang “bercanda/bergurau”, padahal aksi demonstrasi adalah sebuah gerakan sosial yang notabene bukan gerakan main-main. lantas, menurut anda apakah pantas hal itu dilakukan? (mohon dijawab dengan kejujuran hati).
Analisa saya tentang adegan bermasalah (menurut saya) dalam film tersebut juga dipertegas dengan beberapa pengalaman saya di beberapa aksi demonstrasi yang sudah saya ikuti dan juga beberapa aksi demonstrasi mahasiswa yang ditayangkan di stasiun televisi. Dan memang ketika hari ini saya kembali memikirkan hal tersebut maka adegan film yang sudah saya ceritakan diatas hanya menjadi salah satu bagian dari sisi memalukan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa, karena memang kalau saya perhatikan adegan-adegan tersebut sering terjadi dalam setiap aksi demonstrasi yang diusung oleh mahasiswa di kampus saya dan mungkin juga dikampus-kampus lain..
Tertawa memang adalah hak setiap individu, bahkan komedian legendaris WARKOP DKI mengabadikan masalah “tertawa” kedalam salah satu icon guyonya yakni “tetawalah sebelum tertawa itu dilarang”. Namun, saya kira kita juga perlu melihat konteksnya (kapan dan dimana) tertawa itu pantas dilakukan. Kalau kita sedang nonton film komedi, maen PS, jalan-jalan, santai, dll mungkin itu tidak menjadi persoalan, namun ketika kondisi dan situasi menuntut kita untuk bersikap serius maka saya kira itu adalah sebuah keharusan (kewajiban). Artinya, secara sederhana “kalau mau guyon jangan di medan perjuangan”, karena medan perjuangan bukanlah tempat untuk bermain-main melainkan suatu tempat yang menuntut seseorang itu bersikap serius dan matang karena disitu ada amanah rakyat, ada jeritan rakyat dan ada harapan rakyat. Jadi, saya kira sangat tidak etis ketika dalam aksi demonstrasi yang merupakan salah satu dari bentuk perjuangan mahasiswa dilakukan secara main-main, yang itu tercermin dari sikap-sikap mahasiswa itu sendiri yang mungkin hanya menganggap aksi demonstrasi sebagai pertunjukan jalanan.
Tulisan saya ini tentu saja bukan berarti menjustifikasi bahwa setiap mahasiswa yang mengikuti aksi demonstrasi berperilaku demikian, karena saya juga masih melihat beberapa kawan yang terlihat begitu gigih, serius dan rela mengorbankan dirinya dalam aksi demonstrasi yang diusungnya. Tulisan saya ini lebih kepada sebuah evaluasi serta introspeksi khususnya bagi diri saya sendiri yang juga menjadi salah satu bagian dari sejarah pergerakan di kampus dan juga bagi semua elemen gerakan mahasiswa agar kedepan aksi demonstrasi yang diusung oleh mahasiswa bukan hanya sekedar teriakan-teriakan tanpa makana, pertunjukan-pertunjukan tanpa semangat, dan pagelaran-pagelaran jalanan yang miskin akan nilai karena seperti yang saya katakan diawal bahwa aksi demonstrasi adalah sebuah gerakan sosial yang mengusung sebuah perubahan dan mengekspresikan sebuah bentuk ketidakadilan serta penindasan. Maka jangan anggap ini adalah sebuah pekerjaan main-main…

Penulis Adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dn Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Angkatan 2005

PERJALANAN HATI


Perjalanan Hati
Oleh: Fahmi Fatkhurozi

Malam ini tepatnya hari sabtu tanggal 03 januari pukul 19.00 sebenarnya saya mau dikenalkan oleh salah seorang kawan dengan salah satu tokoh muhammadiyah dan juga partai politik (PAN) di daerah purwokerto, namun karena sesuatu hal rencana itupun terpaksa harus ditunda, walaupun sedikit kecewa namun saya tetap menganggap bahwa ini adalah takdir tuhan yang harus saya terima dan saya syukuri. Akhirnya, dengan perasaan yang sedikit kecewa sayapun memutuskan untuk pergi keluar mencari makanan sekaligus mencari suasana untuk hati saya yang memang sedang gundah. Pikiran saya tertuju pada satu tempat yang memang telah menjadi tempat favorit bagi saya untuk menghabiskan malam. Tempat yang saya maksudkan adalah BURJO (bubur kacang ijo), bukan tempat yang mewah memang, namun justru itulah yang menjadi daya tarik tempat ini. Nuansa kesederhanaan dan merakyat membuat tempat ini terasa begitu nyaman bagi saya dan mungkin juga bagi para pengunjung yang lain. Seperti biasa, sayapun langsung memasan segelas es coffemix untuk sedikit menghilangkan rasa haus saya. Tepat di depan saya, terlihat ibu-ibu gemuk berjilbab yang sedang menikmati mie rebus bersama suami dan anaknya, disamping kanan saya juga terlihat seorang muda-mudi yang sedang asyik ngobrol sambil menikmati gorengan yang ada didepanya, sementara si A’a (panggilan untuk para penjual Burjo) terlihat sibuk menyajikan setiap pesanan dari para pelangganya termasuk saya yang juga memasan es coffimix.
Sambil menunggu es coffemix yang sudah saya pesan sepintas saya memperhatikan suasana malam yang terbentang didepan mata saya. Saya melihat malam ini purwokerto, khususnya di daerah sekitar kampus terlihat begitu berbeda dari malam-malam sebeleumnya, jalan-jalan yang dari kemarin terlihat begitu lengang kini sudah mulai dipenuhi lalu lalang kendaraan bermotor dan juga para pejalan kaki, warung-warung makan serta pedagang kaki lima yang dari kemarin-kemarin tutup kini juga sudah kembali menawarkan barang daganganya. Keadaan tersebut sedikit mengingatkan saya bahwa ternyata masa liburan memang sudah berakhir, sehingga para mahasiswa yang dari kemarin-kemarin pulang ke kampung halamanya kini mulai kembali berdatangan ke kota purwokerto untuk memulai aktivitasnya kembali sebagai seorang anak kuliahan. Silahkan ‘A.., saya terkejut dan lamunan sayapun jadi buyar karena suara sia A’a yang menyajikan segelas es coffemix kepada saya, secara spontan sayapun langsung mengucapkan terimaksih sambil memegang segelas es coffemix yang di sajikan si A’a kepada saya. Ketika saya mulai menikmati es coffemix tersebut tiba-tiba terdengar suara yang memberikan kesejukan dan ketenangan bagi hati saya yang sedang galau, sepintas kerinduan untuk menghampiri sumber suara tersebut juga mulai menggoda hati saya, apalagi saya juga tahu kalau sumber suara tersebut berasal dari sebuah masjid megah yang bernama masjid Fatimatuzzahra, sebuah masjid yang sangat indah dengan arsitektur yang sangat menakjubkan yang membuat setiap orang yang pernah masuk ke dalamnya akan selalu memiliki rasa rindu untuk kembali, termasuk saya. Karena, saya memang salah satu orang yang telah jatuh cinta terhadap masjid tersebut.
Kerinduan sayapun semakin tak terbendung, dengan segera saya menghabiskan es coffemix tersebut sambil mengambil satu gorengan sebagai pengganjal perut, lalu saya segera bergegas menuju ketempat yang sudah memanggil saya. Subhanallah.., sebuah keindahan yang sangat menakjubkan terbentang didepan mata saya, sebuah masjid megah dengan suasana yang sangat tentram dan nyaman seolah memberikan sambutan kepada setiap orang yang akan memasukinya. Sayapun segera memarkir kendaraan yang saya bawa dan bergegas masuk kedalam masjid tersebut untuk mengambil air wudhu. Seperti biasa saya menyempatkan sedikit waktu untuk melihat mading yang terpampang dimasjid tersebut, terlihat ada sebuah tulisan yang membuat saya tertarik yakni tentang “kunci kesuksesan”, kayaknya sie tulisan tersebut merupakan salah satu karya dari salah satu santri di masjid tersebut. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kunci kesuksesan itu ada dua yakni usaha kita untuk meraih kesuksesan dan izin dari Allah yang memberikan kesuksesan. He.he.., saya sedikit tersenyum dan merasa malu membaca tulisan tersebut karena memang selama ini saya memiliki banyak obsesi untuk menjadi orang yang sukses namun tidak dibarengi dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapai kesuksesan yang saya inginkan tersebut. dengan sedikit rasa malu dan penyesalan setelah membaca tulisan tersebut sayapun langsung menuju ketempat wudhlu dan memulai kewajiban saya sebagai seorang muslim.
Setelah selesai sholat, sejenak saya memanjatkan doa kepada sang penguasa Alam dan menyempatkan untuk sholat sunnah ba’diyah isya. Dan alhamdulillah, kegalauan perasaan sayapun sedikit berkurang, hati dan perasaan saya menjadi tentram, dan fikiran saya juga menjadi lebih tenang setelah menunaikan sholat. Sungguh saya merasa bersyukur atas karunia Allah yang diberikan kepada saya malam ini, ada banyak hikmah dan pelajaran yang saya dapat dalam perjalanan hati saya malam ini. Bahwa secara fitrah ternyata hati manusia memang membutuhkan Tuhan (Allah) sebagai sandaran dan pegangan hidupnya khusunya dikala hati kita sedang resah, gundah, dan gelisah.

Penulis Adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Angkatan 2005