Rss Feed

TERTAWA NGAKAK SEBELUM, PADA SAAT, DAN SETELAH AKSI DEMONSTRASI

TERTAWA NGAKAK SEBELUM, PADA SAAT, DAN SETELAH AKSI DEMONSTRASI
Sisi Lain Dari Aksi Demonstrasi Mahasiswa
Oleh: Fahmi Fatkhurozi

Pagi ini seusai sholat shubuh tepatnya jam 04.40 saya menhampiri komputer saya untuk sedikit menulis apa yang semalam mengaggu pikiran dan imajinasi saya. Ini bukan tentang kuliah yang menurut saya mulai terasa membosankan (maklum udah smester 7), atau bukan juga tentang film, bola, PS, yang memang sering jadi bahan obrolan saya sebagai kaum adam. Lebih dari sekedar itu, apa yang saya tuliskan pagi ini adalah deskripsi dari pengalaman saya ketika masih aktif di lembaga pemerintahan mahasiswa (BEM). Ada beberapa kejadiaan yang hari ini sedikit menyentil dan membuat saya kembali berfikir tentang apa yang kemarin-kemarin sudah saya dan temen-temen lakukan, sebenarnya ini juga berawal dari rasa iseng saya untuk membuat sebuah film dokumenter tentang saya dan kampus sebagai kenang-kenangan buat saya pribadi. Namun, ketika saya membuka beberapa arsip film di komputer temen saya, tidak sengaja saya menemukan ada beberapa gambar dan adegan film yang sedikit mengganggu fikiran saya yang kemudian memaksa imajinasi dan nalar berfikir saya untuk bekerja menelaah beberapa gambar dan adegan film yang menurut saya sdikit bermasalah dan tidak patut dilakukan oleh seorang aktivis tersebut.
Mungkin anda sekalian penasaran film apakah gerangan yang saya maksudkan diatas?. Sabar brurr…, yang jelas ini bukan film tentang tawuran mahasiswa yang sekarang ini banyak terjadi di beberapa universitas di daerah?, atau juga bukan tentang aksi demonstrasi mahasiswa menentang pengesahan UU BHP yang sekarang ini marak dilakukan oleh mahasiswa di seluruh pelosok daerah. Namun, film yang saya maksudkan disini adalah sebuah film tentang dokumentasi sejarah pergerakan mahasiswa di universitas jenderal soedirman yang di abadikan oleh seorang kawan kedalam sebuah film. Mungkin yang menjadi pertanyaan anda selanjutnya adalah “Lantas apa yang menjadi masalahnya?”, kan udah di bilang sabar brurr…!!, baik saya lanjutkan kembali ceritanya…, yang menjadi masalah dalam film tersebut adalah ketika saya menemukan salah satu adegan dalam film tersebut dimana salah seorang kawan tertawa terbahak-bahak dengan wajah yang sangat ceria dan mengucapkan kata “kupret lo” seusai aksi demonstrasi penolakan POM (Persatuan orang tua mahasiswa). Mungkin, bagi sebagian orang ini adalah permasalahan sepele yang tidak penting untuk di bahas. Namun, kalau menurut saya ini adalah sebuah permasalahan yang cukup penting dan fundamental bagi pergerakan mahasiswa ke depan. Bukan karena masalah tertawanya, tapi lebih kepada keseriusan dari mahasiswa itu sendiri ketika mengusung sebuah aksi. karena saya kira kita semua sepakat ketika seorang itu tertawa terbahak-bahak maka bisa dikatakan seorang tersebut jauh dari kata “serius” atau dengan kata lain orang tersebut sedang “bercanda/bergurau”, padahal aksi demonstrasi adalah sebuah gerakan sosial yang notabene bukan gerakan main-main. lantas, menurut anda apakah pantas hal itu dilakukan? (mohon dijawab dengan kejujuran hati).
Analisa saya tentang adegan bermasalah (menurut saya) dalam film tersebut juga dipertegas dengan beberapa pengalaman saya di beberapa aksi demonstrasi yang sudah saya ikuti dan juga beberapa aksi demonstrasi mahasiswa yang ditayangkan di stasiun televisi. Dan memang ketika hari ini saya kembali memikirkan hal tersebut maka adegan film yang sudah saya ceritakan diatas hanya menjadi salah satu bagian dari sisi memalukan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa, karena memang kalau saya perhatikan adegan-adegan tersebut sering terjadi dalam setiap aksi demonstrasi yang diusung oleh mahasiswa di kampus saya dan mungkin juga dikampus-kampus lain..
Tertawa memang adalah hak setiap individu, bahkan komedian legendaris WARKOP DKI mengabadikan masalah “tertawa” kedalam salah satu icon guyonya yakni “tetawalah sebelum tertawa itu dilarang”. Namun, saya kira kita juga perlu melihat konteksnya (kapan dan dimana) tertawa itu pantas dilakukan. Kalau kita sedang nonton film komedi, maen PS, jalan-jalan, santai, dll mungkin itu tidak menjadi persoalan, namun ketika kondisi dan situasi menuntut kita untuk bersikap serius maka saya kira itu adalah sebuah keharusan (kewajiban). Artinya, secara sederhana “kalau mau guyon jangan di medan perjuangan”, karena medan perjuangan bukanlah tempat untuk bermain-main melainkan suatu tempat yang menuntut seseorang itu bersikap serius dan matang karena disitu ada amanah rakyat, ada jeritan rakyat dan ada harapan rakyat. Jadi, saya kira sangat tidak etis ketika dalam aksi demonstrasi yang merupakan salah satu dari bentuk perjuangan mahasiswa dilakukan secara main-main, yang itu tercermin dari sikap-sikap mahasiswa itu sendiri yang mungkin hanya menganggap aksi demonstrasi sebagai pertunjukan jalanan.
Tulisan saya ini tentu saja bukan berarti menjustifikasi bahwa setiap mahasiswa yang mengikuti aksi demonstrasi berperilaku demikian, karena saya juga masih melihat beberapa kawan yang terlihat begitu gigih, serius dan rela mengorbankan dirinya dalam aksi demonstrasi yang diusungnya. Tulisan saya ini lebih kepada sebuah evaluasi serta introspeksi khususnya bagi diri saya sendiri yang juga menjadi salah satu bagian dari sejarah pergerakan di kampus dan juga bagi semua elemen gerakan mahasiswa agar kedepan aksi demonstrasi yang diusung oleh mahasiswa bukan hanya sekedar teriakan-teriakan tanpa makana, pertunjukan-pertunjukan tanpa semangat, dan pagelaran-pagelaran jalanan yang miskin akan nilai karena seperti yang saya katakan diawal bahwa aksi demonstrasi adalah sebuah gerakan sosial yang mengusung sebuah perubahan dan mengekspresikan sebuah bentuk ketidakadilan serta penindasan. Maka jangan anggap ini adalah sebuah pekerjaan main-main…

Penulis Adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dn Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Angkatan 2005

0 komentar:

Posting Komentar