Rss Feed

DEMOKRASI ALA DUNIA MAYA; Dari Demonstrasi Jalanan Ke Demonstrasi Dunia Maya

Oleh: Fahmi Fatkhurozi

I. Masyarakat Transisi
Runtuhnya rezim orde baru yang represif dan cenderung otoriter pada tahun 1998 telah membuka lembaran kehidupan baru bagi bangsa ini, bangsa yang tadinya di hegemoni oleh tirani kekuatan militer yang membungkam dan melumpuhkan seluruh kekuatan politik yang ada kini telah tumbuh menjadi sebuah bangsa yang memberikan kebebasan bagi rakyatnya dalam semua aspek kehidupan, diantara kebebasan-kebebasan tersebut adalah kebebasan menyampaikan pendapat, kebebasan berekspresi, kebebasan berserikat, dan lain sebagainya.
Perubahan tersebut tentu saja berdampak pada budaya masyarakatnya, perubahan tersebut mendorong masyarakat untuk berperan lebih aktif dalam menyikapi ataupun mengkritisi berbagai persoalan sosial-politik yang terjadi di negeri ini, mereka sudah tidak takut lagi di culik ataupun di bunuh seperti pada jaman orde baru ketika menyampaikan pendapat di muka umum, karena konstruksi pikiran mereka sudah berubah yang kemudian itu juga berdampak pada konstruksi sosial yang turut mengalami pergeseran dari masyarakat yang penakut menjadi masyarakat yang kritis dan pemberani. Hal tersebut dapat tercermin dari maraknya aksi demonstrasi yang di lakukan oleh masyarakat ketika ada sebuah permasalahan sosial, semua elemen masyarakat dari mulai mahasiswa, LSM, petani sampai kaum buruh akan turun ke jalan apabila ada suatu permasalahan yang merugikan mereka isu yang mereka angkatpun macam-macam dari mulai permasalahn mahalnya pendidikan, mahalnya harga sembako, kenaikan BBM, nasib buruh, sampai kasus yang sekarang menghebohkan seantero negeri yakni kasus penahanan bibit-candra oleh Polri. Namun demikian disini saya tidak akan terlalu membahas masalah aksi demonstrasi di jalanan karena bagi saya dan mungkin bagi kita semua itu adalah sesuatu hal yang sudah biasa dan menjadi pemandangan kita sehari-hari.

II. Dari Demonstrasi Jalanan Ke Demonstrasi Dunia Maya
Sesuatu hal yang lebih unik dan bahkan akhir-akhir ini sudah menjadi budaya masyarakat adalah terjadinya pergeseran pola pengkritisan masyarakat dari aksi jalanan dengan memobilisasi masa menjadi aksi protes lewat dunia maya. Pergeseran tersebut tentu saja merupakan sebuah dampak dari kemajuan tekhnologi informasi yang memungkinkan manusia untuk melakukan interaksi secara cepat dan mudah. Salah satu fasilitas tekhnologi informasi yang sekarang ini banyak di gunakan masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya adalah jejaring facebook. Melalui jejaring facebook yang memang merupakan media publik memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya secara terbuka yang bisa di lihat oleh khalayak umum. Biasanya pola yang di gunakan adalah dengan membuat sebuah ”group”, dimana ”group” tersebut biasanya menawarkan sebuah isu atau permasalahan yang sedang hangat di masyarakat. Salah satu contoh yang paling hangat adalah group ”gerakan 1.000.000 facebokers dukung bibit-chandra”, group tersebut ternyata begitu efektif dalam memobilisasi masyarakat untuk masuk di dalamnya, hasilnyapun sangat fantastis hanya dalam waktu 5 hari group tersebut sudah menyedot 500.000 faceboker’s untuk bergabung di dalamnya, bahkan sekarang ini angka tersebut sudah melebihi angka 1.000.000 faceboker’s. Ini tentu saja merupakan sebuah fenomena yang luar biasa, jumlah masa yang di mobilisasi lewat jejaring facebook ternyata melebihi jumlah masa ketika kita melakukan aksi demonstrasi di jalanan.

III. Budaya Demokrasi Ala Dunia Maya
Sesuatu hal yang lebih menarik, ketika aksi demonstrasi jalanan menyuguhkan kepada kita realitas pro dan kontra terhadap sebuah permasalahan, demonstrasi dunia maya juga menyuguhkan hal sama. ”Group” gerakan 1.000.000 faceboker’s dukung bibit-chandra” juga ternyata mendapatkan perlawanan dari orang-orang yang mendukung Polri dengan membentuk group ”gerakan 200.000.000 faceboker’s dukung POLRI”, hal ini tentu saja menambah gairah budaya berdemokrasi ala dunia maya, tidak jarang orang-orang yang masuk dalam group tersebut memberikan pernyataan-pernyataan yang cukup pedas dan memancing emosi pihak yang berseberangan. Bahkan pernah terjadi salah seorang aparat polri mendapatkan kritik pedas dari masyarakat dunia maya pendukung bibit-chandra karena pernyataanya yang cenderung provokatif dengan mengatakan bahwa ”Polisi tidak butuh masyarakat tapi masyarakatlah yang butuh Polisi”, lebih hebohnya lagi dampak dari pernyataan aparat polisi tersebut sampai ke dunia nyata, dimana aparat polisi tersebut mendapatkan teguran keras dari kesatuanya. Bagi saya kenyataan tersebut adalah sesuatu hal yang sangat luar biasa, karena ternyata facebook telah mampu menjelma menjadi sebuah media publik raksasa yang memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, bahkan kritikan terhadap sebuah permasalahan sosial-politik yang terjadi di negeri ini. Jejaring facebook juga telah mengajarkan kepada masyarakat kita budaya berdemokrasi yang terbuka dan bertanggungjawab dan ini bisa menjadi salah satu media yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di negeri ini.

0 komentar:

Posting Komentar