Rss Feed

Krisis Kepemimpinan Bangsa

IMAJINASI UNTUK NEGERI
Andaikan ada sosok pemimpin seperti umar bin abdul aziz di negeri ini??
Oleh: Fahmi Fatkhurozi

Pemilu 2009 sudah di depan mata, namun sampai detik ini belum ada sosok calon pemimpin yang muncul sebagai harapan baru untuk melepaskan indonesia dari keterpurukan dan membangun indonesia menuju bangsa yang maju dan bermartabat. Pemilu 2009 hanya akan menjadi ajang reuni bagi tokoh-tokoh lama yang sudah teruji kegagalanya untuk kembali muncul menebar janji-janji yang pernah mereka ingkari sebelumnya. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh beberapa kawan dikampus saya bahwa indonesia sekarang ini sedang mengalami krisis kepemimpinan, banyak orang yang memiliki obsesi untuk menjadi pemimpin di negeri ini, namun dari sederetan orang-orang tersebut belum ada yang memberikan sebuah keyakinan kepada rakyat melalui sikap dan perbuatanya yang riil., yang ada mereka hanya menebar pesona dan janji-janji palsu sebagai komoditas politik belaka.
Berbicara masalah kepemimpinan, kiranya tokoh-tokoh bangsa yang memiliki obsesi menjadi pemimpin di negeri ini perlu belajar, memahami, dan mentauladani falsafah hidup dari seorang pemipin peradaban islam setelah era khulafaurrasyidin, beliau adalah khalifah umar bin abdul aziz. Sebelum diangkat menjadi seorang kholifah, umar bin abdul aziz adalah seorang pembesar yang kaya raya dengan gaya hidupnya yang glamour dan penampilan yang high profile, namun beliau mengambil suatu keputusan yang menakjubkan setelah beliau diangkat menjadi seorang kholifah, beliau meninggalkan segala bentuk kemewahan dan beralih menjalani hidupnya dengan penuh kesederhanaan. Penampilanyapun berubah menjadi sangat bersahaja. Bukan hanya itu, beliau juga meminta keluarganya untuk mengikuti jejaknya. Beliau, bahkan meminta kepada istrinya menyerahkan perhiasanya kepada baitul mal. Untunglah, beliau memiliki istri yang sangat sholihah. Sehingga mendengar ajakan dari suaminya tersebut menjawab dengan sangat bijaksana “saya memilih kamu daripada mutiara ini, bahkan jika lebih dari itupun saya tetap memilih kamu”.
Hari-hari berikutnya merupakan lembaran baru yang sangat berberda dengan lembaran kehidupan yang dijalani oleh umar bin abdul aziz sebelumnya. Namun kholifah umar bin abdul aziz tetap konsisten dengan keputusan yang diambilnya. Kesahajaan dalam berbagai hal adalah lembaran baru hidupnya.
Apa yang dilakukan oleh seorang umar bin abdul aziz merupakan sebuah kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada bangsa dan agamanya yang ditunjukan melalui sikap dan akhlaknya yang agung. Beliau merasa bahwa tanggung jawab yang dipikulnya begitu berat dan rawan godaan, karena memang negara yang dipimpinya adalah negara adidaya yang luas wilayahnya dua belas kali luas daratan indonesia, dimana didalamnya hidup ratusan suku dengan karakter dan corak hidupnya yang beraneka ragam. Dengan kesadaran tersebut beliau mengambil keputusan untuk menyingkirkan segala kemungkinan yang dapat menggoyahkan prinsip dan keyakinanya tersebut, dan salah satu keputusan yang beliau ambil adalah dengan meninggalkan gaya hidupnya yang glamour dan high profit dan menggantinya dengan gaya hidup yang sederhana dan bersahaja.
Umar bin abdul aziz sangat memahami tugasnya sebagai pemimpin daulah islam memang sangat berat sehingga beliau sama sekali tidak memaknai jabatanya tersebut sebagai sebuah kekuasaan, namun sebagai sebuah amanah Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan di hari akhir. “wahai fatimah, sesungguhnya saya memikul beban ummat muhammad dari yang hitam sampai yang merah. Dan saya memikirkan persolan orang-orang fakir dan kelaparan, orang-orang sakit dan sia-sia, orang-orang yang tidak sanggup berpakaian dan orang yang tersisihkan, yang teraniaya dan terintimidasi, yang terasing dan yang ditawan, yang tua dan yang jompo, yang memiliki banyak kerabat namun hartanya sedikit, dan orang-orang yang serupa dengan itu diseluruh pelosok negeri. Saya sadar dan tahu bahwa Tuhan ku akan menanyakan kelak di hari akhir. Saya takut tidak punya alasan buat Tuhanku”. Itulah yang beliau katakan kepada istrinya sebagai bentuk kesadaran akan tugasnya yang begitu berat. Maka saat ia diangkat sebagai kholifah (kepala negara) yang beliau ucapkan adalah inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
Dan apa yang dilakukan oleh umar bin abdul aziz tersebut ternyata membuahkan hasil yang positif bagi bangsa dan negara yang beliau pimpin. Wilayah islam pada saat itu menjadi sebuah wilayah yang dikenal sangat makmur. Bahkan dikisahkan ketika dicari orang yang mau menerima zakat ternayata tidak ada yang mau menerimanya karena rakyatnya sudah hidup berkecukupan. Wilayah islam pada saat itu juga diliputi ketentraman karena berbagai tindak pidana dan kejahatan berhasil diberantas. Seorang gubernur mosul pada saat itu yang bernama Yahya al-Ghosani menceritakan, “tatkala saya melakukan apa yang beliau (kholifah) perintahkan, ternyata saya mendapatkan mosul mejadi satu wilayah yang paling sedikit pencurian dan kejahatanya.
Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang seperti itu untuk perubahan, sosok pemimpin yang menjadi tauladan dengan sikap dan akhlaknya, sosok pemimpin yang sederhana dan bersahaja, sosok pemimpin yang mengutamakan rakyatnya daripada dirinya sendiri, sosok pemimpin yang benar-benar memaknai posisinya tersebut sebagai amanah Tuhan bukan sebagai sebuah kekuasaan. Saya berharap mudah-mudahan Pemilu 2009 kelak akan menjadi sebuah momentum untuk melahirkan pemimpin seperti umar bin abdul aziz yang akan membangun bangsa ini menjadi bangsa yang maju, sejahtera dan bermartabat. Amin…

Penulis adalah mahasiswa jurusan ilmu administrasi negara fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas jenderal soedirman angkatan 2005

0 komentar:

Posting Komentar