Rss Feed

Pelayanan Angkutan Umum Di Banyumas

ANGKUTAN TERNAK
Sebuah Kritik Terhadap Pelayanan Transportasi Di Kota Purwokerto

Oleh: Fahmi Fatkhurozi

Purwokerto bagi saya merupakan kota yang memiliki sejuta pesona, dari mulai budaya masyarakatnya yang beraneka ragam, kesenianya yang khas, makanan tradisionalnya, daerahnya yang berada di kawasan kaki gunung selamet sehingga menawarkan pesona keindahan alam yang begitu menakjubkan, sampai dengan gaya bahasa masyarakatnya yang dikenal dengan istilah “ngapak-ngapak” sehingga terkadang memunculkan tawa geli bagi orang yang baru mendengarnya. Namun, dari berbagai macam pesona yang ditampilkan dan ditawarkan oleh kota purwokerto ada sisi lain yang menurut saya lebih unik dari itu semua namun membuat sebagian orang merasa tidak nyaman. Sisi lain yang unik dan membuat tidak nyaman sebagaian orang tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah permasalahan angkutan umum, mungkin dari luar kita tidak melihat keunikan dan masalah tersebut namun ketika kita mulai memsuki angkutan tesebut maka akan nampaklah keunikan dan permasalahan tersebut, bukan karena bentuk atau model angkutanya atau juga bukan karena sopir atau kernetnya tapi karena begitu sesaknya isi dari angkutan tersebut, bayangkan saja angkutan umum dengan ukuran tak kurang dari 3 x 2 m harus diiisi dengan kurang lebih 20 orang, apalagi kalau pas musim mudik dimana bawaan dari sebagian banyak penumpang begitu banyak dan berat, maka semakin sempit dan sesaklah angkutan umum tersebut.
Bagi saya ini adalah permasalahan yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah daerah karena ini menyangkut kelancaran dan kenyamanan aktivitas masyarakat secara umum, sebagai mahasiswa jurusan ilmu administrasi negara yang banyak mengkaji dan mempelajari masalah pelayanan publik, maka kondisi seperti ini bisa dikatakan sebagai “bad public service” karena banyaknya keluhan dari para pengguna jasa angkutan umum tersebut. Secara teoritis pelayanan publik dikatakan berkualitas apabila penggunanya merasakan kepuasan dari pelayanan yang di berikan tersebut. Kepuasaan sendiri di definisikan oleh Day dalam Tse dan Wilton(dalam Tangkilisan, 2005:211) yang menyatakan bahwa kepuasan atau ketidak puasan pelanggan adalah respon pelanggan (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kerja yang lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Berdasarkan disconfirmation paradigm dari Oliver dalam Engle et al., ( dalam Tangkilisan, 2002:212). Kepuasan pelanggan sendiri mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Menurut Johns, kepuasan ditentukan oleh harapan dan persepsi konsumen. Dari berbagai pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan adalah respon yang diberikan pelanggan dengan membandingkan antara apa yang diharapkan dan persepsinya terhadap apa yang dirasakannya setelah mendapat pelayanan. Meskipun definisi tersebut menitik beratkan pada kepuasan atau ketidakpuasan, produk atau pelayanan namun pengertian tersebut juga dapat diterapkan dalam menilai kepuasan pelayanan publik.
Apa yang saya ungkapakan disini merupakan sebuah bentuk ketidakpuasan saya sebagai salah satu pengguna angkutan umum di kota purwokerto dan juga sebagai bentuk kepedulian saya dalam kerangka mewujudkan kualitas pelayanan publik yang prima, khususnya dalam hal jasa layanan angkutan umum sehingga nantinya orientasi dari pelayanan yang diberikan bukan hanya untuk kepentingan profit tapi juga kepuasan pelanggan/pengguna, atau secara sederhana anda puas saya juga puas.

Penulis Adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Angkatan 2005

1 komentar:

Devilish Angel Said mengatakan...

sip lah..tulisane apik om,,waraih yaaa...

Posting Komentar