Rss Feed

Kritik Terhadap Gerakan Mahasiswa


MAHASISWA TAK PERNAH BERSATU DAN SELALU DIKALAHKAN
Oleh: Fahmi Fatkhurozi

Salah satu JARGON yang selalu diteriakan mahasiswa saat turun kejalan adalah "mahasiswa bersatu tak bisa di kalahkan", secara filosofi saya tidak ada masalah dengan kata-kata tersebut karena makna yang terkandung dalam kalimat tersebut adalah memberikan suatu penjelasan bahwa mahasiswa akan menjadi suatu kekuatan yang luar biasa dan menakutkan bagi ketidakadilan dan kesewenang-wenangan apabila mahaiswa itu berada dalam satu barisan dan kekuatan yang padu.., dan saya saya sepakat pada titik itu. yang menjadi masalah bagi saya adalah kenyataan yang dipertontonkan yang seakan memberikan sesuatu hal yang bertolak belakang dari makna jargon tersebut. pengalaman saya di kampus dan di organisasi gerakan mahasiswa memberikan suatu kesimpulan bahwa ternyata "mahasiswa itu tidak pernah bersatu dan selalu di kalahkan".
hipotesis saya bukan hanya sebuah asumsi belaka, karena apa yang saya katakan berangkat dari pengalaman pribadi saya sebagai salah satu bagian dari sejarah gerakan mahasiswa dikampus saya. sebagai contoh, suatu ketika di kampus kami (UNSOED) sedang hangat-hangatnya isue tentang komersialisasi pendidikan terutama yang berkaitan dengan perubahan status UNSOED dari PTN menjadi BHP, dan isue tersebut mendapatkan respon yang cukup serius dari kawan-kawan mahasiswa di UNSOED, sehingga sampailah kita pada suatu kesepakatan untuk melakukan penyikapan atas permasalahan tersebut. suatu malam kita mengadakan rapat akbar yang mengundang seluruh element kampus baik itu organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra, disitu kita membahas berbagai masalah yang terjadi dikampus kita terutama yang berkaitan dengan permasalahan komersialisasi pendidikan. pembahasan berlangsung sengit dan penuh dengan ketegangan satu sama lain, karena maklum yang hadir disitu memiliki latar belakang yang berbeda jadi butuh waktu yang lama untuk menyamakan persepsi antar masing-masing elemen yang hadir. namun, setelah tercapai suatu persamaan persepsi dari masing-masing pihak ada suatu kejadian yang menurut saya sangat tidak penting dan konyol yakni ada beberapa dari organisasi ekstra dikampus yang sangat getol untuk menganakan atribut Ormasnya pada saat aksi demonstrasi besok paginya, yang kemudian itu menimbulkan perdebatan sengit lagi dalam forum tersebut. saya melihat apa yang kemudian dilakukan oleh ormas-ormas tersebut merupkan suatu cerminan dari keinginan untuk mencari eksistensi publik, karena memang disitu terlihat bahwa masalah atribut menjadi sesuatu hal yang sangat esensial oleh para dedengkot ormas yang hadir disitu. dalam hati saya bertanya, sebenarnya esensi dari apa yang akan kita lakukan it apa sie?, nilai perjuanganya kah?, atau atributnya kah?, kalau memang atribut atau simbol itu telah menjadi esensi dari apa yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa berarti esensi dari gerakan mahasiswa adalah eksistensi, dan apabila itu benar maka bukan merupakan sesuatu hal yang anaeh ketika perjuangan yang diusung oleh mahasiswa selalu berujung pada satu kata yakni "GAGAL".
apa yang menjadi cita-cita mahasiswa merupakan cerminan dari apa yang diinginkan oleh masyarakat, bukan cerminan dari apa yang ingin ditunjukan kepada masyarakat (cari perhatian masyarakat), sehingga gerakan yang di usungpun adalah gerakan sosial untuk melakukan perbaikan dan kebaikan untuk masyarakat, bangsa dan negara. ingat kawan, mahasiswa adalah sekelompok kecil dari masyarakat yang memiliki nilai plus sebagai harapan bangsa dan negaranya...., jadi sekali lagi perjuangan jangan hanya mengedapankan eksistensi tapi lebih kepada gerakan sosial untuk perubahan...
Mudah-mudahan jargon "mahasiswa bersatu tak bisa dikalahkan" akan bisa menjadi suatu kanyataan yang akan memberikan sedikit harapan bagi masyarakat yang memang sedang merindukan perubahan...

0 komentar:

Posting Komentar